Sabtu, 11 Desember 2010

Pacar Posessif dan Sindrom Kecanduan Cinta
Takdir Ilahi
| 26 June 2010 | 11:38
Total Read
605
Total Comment
3
1 dari 1 Kompasianer menilai Inspiratif.
Oleh: ARya
Pendahuluan
Dunia remaja adalah dunia dengan penuh keindahan dan panorama cinta yang tersulap dalam bingkai persahabatan. Masa remaja pula merupakan masa-masa penuh pesona yang sulit terlupakan. Pada masa remaja inilah, seseorang mulai merajut kasih dan sayang dengan lawan jenisnya, disertai perpaduan cinta yang terbingkas dalam memori kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara.
Bagi anak remaja, momen pacaran merupakan masa terindah yang berbaur jalinan cinta dengan penuh keseriusan. Tak pelak lagi, anak remaja tidak akan lepas dari masa pacaran yang sudah menjadi tradisi perkenalan (introduction tradition) ketika hendak membangun hubungan lebih mendalam. Pacaran secara tidak langsung telah mendarah daging ke seluk beluk pikiran anak muda yang mencapai usia dewasa. Bahkan, terkadang anak usia dini yang sudah mengenal istilah pacaran. Bukan itu saja, mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, sehingga tidak heran kalau banyak hubungan tanpa status yang dialami anak muda zaman sekarang.
Pergaulan bebas dan pengawasan orang tua seringkali membuat anak yang belum pantas berpacaran merasa nyaman dengan jalinan yang mereka bangun. Tanggung orang tua, seharusnya perlu diperketat agar pacaran di usia dini tidak menjadi sindrom dan menghambat laju masa depan yang mereka impikan. Itulah sebabnya, anak muda yang menjalin hubungan cinta, kerapkali terlalu berlebihan dalam mengikat pasangan mereka masing-masing, sehingga ikatan yang demikian bisa mengubur pertalian cinta yang sejati.
Tulisan ini, hendak memaparkan sejauhmana perjalan cinta seseorang yang bermuatan posesif dalam merajut hubungan yang lebih mendalam. Seringkali, kita melihat berbagai fenomena yang mempersoalkan bagaimana kelanjutan hubungan seseorang yang dilandasi dengan ikatan yang terlalu berlebihan. Seolah-olah, pasangan atau pacar kita menjadi bagian seutuhnya bagi perjalanan hidup kita, sehingga kebebasan berbuat dan bertindak kerapkali banyak ditentukan pasangan kita. Hubungan yang semacam ini, boleh kita sebut sebagai “pacar posesif”.
Pacar Posesif
Istilah posesif sebenarnya sama maknanya dengan “posessive” yang berarti “orang yang suka memiliki atau menguasai”. Dengan kata lain, posesif adalah rasa ingin memiliki pasangannya secara berlebihan dengan ikatan yang kuat dan sulit untuk dilepas. Pengertian posesif di sini, bukan dimaknai sebagai ikatan yang positif dan membawa hubungan yang lebih harmonis, namun hal itu merujuk pada tipe hubungan yang berkonotasi negatif, sehingga tipe pacar posesif sangat sulit memperoleh cinta sejati (true love). Akibarnya, sentimen perselisihan dan pertengkaran lebih dominan dan kentara daripada jalinan cinta yang berasaskan kasih sayang dan ketulusan hati yang mendalam.
Dalam konteks inilah, pacar posesif berupaya untuk tidak membiarkan pasangannya memiliki kebebasan dan hak-hak yang patut dipertimbangkan dalam menjalin hubungan asmara. Dengan kata lain, pacar atau cinta posesif hendak mengubah keperibadian pasangannya itu sesuai dengan yang dia inginkan, sehingga perasaan memiliki dan menguasai pasangannya dapat menjadi senjata ampuh untuk mempertahankan hubungan dan memperkokoh kekuatan cinta yang mereka bangun. Padahal, kalau kita cermati secara mendetail, ternyata cinta posesif pada gilirannya akan membawa malapetaka bagi tegaknya hubungan cinta masing-masing pasangan.
Pada titik inilah, cinta posesif muncul dan bermuara dari rasa kepribadian seseorang yang merasa tidak aman cintanya, karena takut pasangan kita berpaling dari belahan jiwanya. Sehingga sangat wajar kalau banyak pasangan kita yang terkena virus cinta posesif. Bahkan, virus cinta posesif berbalut dengan virus kecanduan cinta yang sangat parah dan berbahaya bagi integritas hubungan yang dibangun.
Itulah sebabnya, kenapa dia berbuat segala macan yang dia kehendaki atas nama cinta. Posesif itu tidak hanya bermula dari cemburu. Cemburu hanya merupakan salah satu cirinya. Namun, rasa cemburu merupakan perasaan fanatisme yang terlalu berlebihan dan ketidakrelaan terhadap pasangan kita yang berpaling dari kekasih lain. Kecemburuan inilah yang mendorong pelakunya untuk mengorbankan diri dan kehormatan demi kekasih yang dicintai. Dengan demikian, cemburu menjadi bagian perasaan cinta (love felling) yang tumbuh tertanam dalam pribadi setiap pasangan kita.
Dari rasa yang tidak aman dan kurang pede itulah, muncul keinginan untuk menunjukkan kekuatan cinta (power of love) sebagai bukti bahwa dia bisa berkuasa atas pasangannya. Pacaran seperti ini tidak sehat, karena tidak membiarkan pasangan menjadi dirinya, membiarkan pasangan tidak kreatif dan membiarkan pasangan berkreasi. Oleh karena itu, pacaran atas dasar posesif bisa menjadi sindrom bagi kelanggengan cinta suci yang dibanggakan. Salah satu syair yang sangat menakjubkan adalah “jangan kamu biarkan cinta bersemi dalam dirimu, karena kamu mempunyai ambisi pendengaran dan penglihatan. Hati nan suci tidak memendam keburukan, betapun lamanya cinta bersemi namun yang dikhawatirkan adalah ambisi pandangan mata yang berlebihan”.
Harus kita sadari, bahwa cinta posesif ini dapat juga mengarah pada kekerasan fisik. Akibatnya, tingkat perselisihan dan pertengkaran semakin tidak terbendung. Bahkan, rentan terjadinya konflik internal dalam hubungan semacam ini, bisa terus berlanjut sampai ada pasangan kita yang mengalah. Ada juga yang menerima, tapi sebetulnya dalam hatinya menolak secara represif. Dalam artian, tidak semua perlawanan terhadap cinta posesif itu kelihatan terus menerus keras, terkadang juga ada yang bersikap persuasif Artinya, ketika seseorang diperlakukan posesif, sebetulnya dia tidak terima. Dia hanya bisa menyimpannya di hati. Padahal dia sama sekali tidak nyaman dengan kondisi tersebut.
Pada intinya, hubungan yang diwarnai dengan rasa tidak nyaman, tidak aman itu bisa karena posesif. Karena itu, jika mengalami hal-hal tersebut, lebih hubungan tersebut akhiri saja. Ini karena, pacaran seperti itu tidak sehat dan kerapkali menimbulkan permusuhan yang mendalam diantara kita.
Dari Posesif Menuju Ketaatan Cinta
Pacar posesif adalah suatu ikatan dan hubungan sepasang kekasih yang sangat mengikat, sehingga cenderung bersifat monopolis dan hegemonik. Bahkan, tidak jarang pasangan kita berupaya menguasai diri kita dengan segala cara untuk memperkuat jalinan asmara yang sudah terbina. Bagi pasangan yang posesif, biasanya mereka tidak rela pasangannya berpaling ke lain hati dan tidak menuruti kehendaknya. Dengan kata lain, pacara posesif berupaya memperkuat hubungan dengan jalan menguasai dan memiliki sepenuhnya terhadapa pasangan kita masing-masing.
Di sinilah, muncul sikap sentimen dan rasa curiga maupun cemburu yang terlalu berlebihan dari seseorang yang posesif. Ketika sikap demikian, tertanam dan hati mereka, maka bisa dipastikan kita akan dikuasai sepenuhnya oleh pasangan kita. Ini karena, jalinan asmara yang mereka bangun berlandaskan pada ketaatan pada sang pujaaan jiwa. Salah satu keajaiban cinta (the journey of love) ialah adanya ketaatan seorang pecinta (lover) pada pujaan hatinya. Dengan segala upaya, seorang pecinta (lover) akan senantiasa menyesuaikan diri dengan watak kekasihnya. Bahkan, nilai ketaatan yang mereka bangun melebihi ketaatan kepada sanga pencipta atau kepada orang tua.
Kerapkali kita menyaksikan, aroma cinta telah mengubah seseorang yang tadinya bertabiat kasar, jarang tersenyum, dan keras pendirian menjadi seseorang yang rendah hati, lunak, mudah diajak kompromi, maupun memiliki sikap fleksibel. Jika pacara possesif berupaya menguasai dan memiliki sepenuhnya pasangan kita, maka ketaatan cinta menjadi timbal balik dari munculnya kesetiaan dan ketulusan cinta yang sedang dibangun, Ketaatan cinta, berarti seorang pecinta berupaya melakukan perubahan demi kekasih yang dicintai. Bahkan, sikap, perilaku, perkataan, maupun hati nurani seorang pecinta banyak dipengaruhi oleh pasangan kita.
Seorang pecinta, tidak akan menampakkan rasa kesedihan di depan pujaan hatinya. Ia rela menyembunyikan segenap kesedihan dan kedukaanya demi menjauhkan kekasihnya dari penderitaan yang dialami oleh seorang pecinta. Sesungguhnya, ketaatan dan kepatuhan tidak hanya terjadi dalam hubungan cinta yang sederajat sifatnya. Itulah sebabnya, ketaatan atau ketundukan dalam cinta bukanlah hal yang hina dan nista. Gara-gara cinta, sikap angkuh bisa berubah menjadi sikap bijak yang bisa menghormati orang lain di sekitarnya. Kita jangan heran, kalau melihat orang-orang yang tunduk dalam cinta. Bahkan, al-Mustanshir sekalipun, dulu tunduk dan taat tak berdaya pada pujaan hatinya. Seorang pujaan hati bukanlah teman seiring –sepadan. Kesabaran kita dalam mengikuti perintahnya, bukanlah sebuah kehinaan dan kenistaan.
Terkadang rasa sayang yang terlalu berlebihan dapat membuat pacar kita menjadi over protective. Larangan kita dalam berbagai hal selalu mempertimbangkan alasan dan penyebabnya. Memang, harus disadari selama apa yang dia bilang baik, bagi kita tidak ada salahnya untuk mengikuti kehendaknya.Namun, hal itu tidak boleh berlebihan dan merugikan kita sendiri. Kita harus faham bahwa rasa cemburu dan posesif itu berbeda dengan rasa sayang. Barangkali pacar kita bersikap demikian, karena memang kita pernah ketahuan selingkuh atau melirik cowok lain, sehingga kecurugian kepada kita berbalut pengawasan yang ketat.
Namun, kita perlu mempertimbangkan bila pacar kita masih terus-terusan meragukan kesetiaan kita, maka buat apa terus pacaran dan jadi saling kalu hanya saling menyakiti? Kendati demikian, kita jangan langsung memutuskan pasangan kita tanpa pertimbangan yang matang dan pikiran yang jernih. Setiap persoalan, harus dilandasi dengan musyawarah dan sikap konsolidasi yang baik dengan pasangan kita. Kita harus memberikan kesempatan dan waktu agar dia bisa berubah, sehingga pacar kita tidak lagi bersikap posesif, namun semakin menunjukkan sikap persuasifnya kepada kitaa.
Jika pacar sedang cemburu, jangan kita terjebak dengan sikap marah dan kesal. Kita harus berpikir positif, bahwa pacar kita adalah orang yang sangat sayang pada kita. Siapa tahu saat mengaku cemburu,sebenarnya pacar kita hanya kecewa dengan kita, karena kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman. Usahakan untuk membagi waktu bersama pacar dan bersama teman. Ada kalanya untuk kita berdua bersama pacar, dan ada juga saatnya untuk menggabungkan pacar dengan teman-teman kita.
Yang harus disadari, pacaran tanpa rasa percaya dan penuh curiga tdak akan memberikan dampak yang positif bagi kelanjutan hubungan kita. Bahkan, bisa saja sikap yang demikian, dapat menjadi bumerang bagi kerekatan cinta (brokent heart). Itulah sebabnya, kita perlu membangun hubungan dengan sikap saling percaya dan menunjukkan sikap kesetiaan kita kepada pasangan kita masing-masing.
Sindroma Kecanduan Cinta
Setelah kita membahas sekilas tentang pacar posesif, saatnya kita akan mengkorelasikan dengan sindrom cinta yang lain, yakni kecanduan cinta. stilah kecanduan cinta mungkin bukan istilah yang umum terdengar. Namun, istilah tersebut sudah biasa kita dengar dalam lingkungan masyarakat kita, bahkan anak muda pun faham betul apa itu kecanduan cinta.
Istilah yang sudah umum beredar seperti kecanduan minum, alkohol, narkoba, rokok, kerja, dan lain sebagainya. Meski pun “barang” nya cinta, bukan berarti aman-aman saja bagi pecandunya dan tidak membawa dampak apapun juga. Justru, dampak dari kecanduan cinta ini sama buruknya untuk kesehatan jiwa seseorang. Buktinya, sudah banyak kasus bunuh diri atau pembunuhan yang terjadi akibat kecanduan cinta meski korban maupun pelaku sama-sama tidak menyadarinya.
Di sini, saya berupaya membahas sekelumit tentang kecanduan cinta yang merupakan bagian dari ketaatan cinta yang terlalu berlebihan. Ketaatan cinta di sini, bukan berarti pada hal yang positif semata, tetapi sudah masuk pada ranah yang bersifat negatif. Ini karena, kecanduan cinta berarti telah terpikat pesona cinta secara berlebihan tanpa pegangan moral dan agama. Oleh karenanya, saya akan mencoba menelusuri sejauhmana dampak dari seseorang yang kecanduan cinta.
Di dalam masyarakat sudah banyak sekali kesalahan dalam mempersepsi atau mengartikan cinta sejati dengan cinta yang bersifat candu. Berbagai film, sinetron, atau pun lagu-lagu turut andil dalam menyaru-kan kondisi kecanduan cinta dengan cinta sejati. Akibatnya, banyak orang terjebak dalam pengertian yang keliru antara kecanduan cinta dengan cinta sejati. Contoh ekstrimnya, ada orang yang bunuh diri karena ditinggal pergi kekasih– dan orang menilai bahwa cerita ini mencerminkan kisah cinta sejati. Padahal, cinta sejati bukan berarti buat manusia, tetapi hanya untuk Allah. Cinta adalah pangkal dari setiap perbuatan yang baik maupun yang buruk. Maka pangkal amalan din ini adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta yang demikian, hanya berdasarkan pada keinginan sesaat dengan tidak mempertimbangkan baik buruknya dalam melakukan hubungan cinta.
Indikasi Kecanduan Cinta
Pada umumnya individu yang mengalami kecanduan cinta menunjukkan tanda-tanda. Ada banyak tanda dan faktor yang melatarbelakangi munculnya tipe cinta yang demikian. Diantaranya adalah, pertama, adanya pikiran obsesif, misalnya terus-menerus curiga akan kesetiaan pasangan, terus- menerus takut ditinggalkan pasangan sehingga selalu ikut ke mana pun perginya sang kekasih atau pasangan. Sikap yang demikian, tidak berbeda jauh dengan cinta posesif yang juga berupaya mengikat pasangannya agar tidak lepas dari pelukannya. Kita masih ingat betapa konyolnya Romeo yang mengikuti kematian kekasihnya, Juliet.
Kedua, selalu menuntut perhatian dari waktu ke waktu, tanpa ada toleransi dan pengertian. Sikap yang demikian, merupakan bukti bahwa pasangan kita sangat terikat dan tidak ingin dilepas. Tuntutan perhatian tanpa sikap saling pengertian pada gilirannya dapat berakibat fatal pada proses cinta sejati. Dengan demikian, menuntut waktu, perhatian, pengabdian dan pelayanan total sang kekasih atau pasangan adalah tanda-tanda kecanduan cinta. Jadi, pasangan tidak bisa menekuni hobi-nya, jalan-jalan dengan teman-teman kelompoknya, atau bahkan memberikan sebagian waktunya untuk orang tua dan keluarga. Padahal, keluarga inti banguna kehdupan yang bisa menciptakan generasi unggul dan berkualitas.
Ketiga, bersifat manipulatif, yakni berbuat sesuatu agar pasangan mengikuti kehendaknya atau memenuhi kebutuhannya, misalnya: mengancam akan memutuskan hubungan jika mementingkan hobi-nya. Itulah sebabnya, tidak bisa memutuskan hubungan, meski merasa amat tertekan karena “berharap” pada janji-janji surga pasangan.
Keempat, menggunakan seks sebagai alat untuk mengendalikan pasangan dan menganggap seks adalah cinta dan sarana untuk mengekspresikan cinta. Di sinilah ketaatan cinta bermain di dalamnya, sehingga pasangan yang tidak menuruti kemauannya, berarti dianggap tidak cinta.
Penyebab
Sebenarnya, kecanduan cinta itu adalah kecanduan yang bersifat psikologis karena tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis (seperti kasih sayang, perhatian, kehangatan dan penerimaan seutuhnya) di masa kecil. Menurut Erikson- seorang pakar perkembangan psikososial, orang yang pada masa balita-nya tidak mengalami hubungan kelekatan emosional yang stabil, positif dan hangat dengan lingkungannya (baca : orang tua dan keluarga), akan sulit mempercayai orang lain– bahkan sulit mempercayai dirinya sendiri. Selain itu, trauma psikologis yang pernah dialami seperti penyiksaan emosional dan fisik pada usia dini, atau menyaksikan sikap dan tindakan salah satu orang tua yang agresif dan kasar terhadap pasangan, dapat menghambat proses kematangan identitas kepribadian dan kestabilan emosinya. Pemandangan dan pengalaman tersebut kelak berpotensi mempengaruhi pola interaksinya dengan orang lain.
Keterbatasan respon atau perhatian dari lingkungan pada waktu itu, dipersepsi olehnya sebagai suatu bentuk penolakan; dan penolakan itu (menurut pemahaman seorang anak) disebabkan kekurangan dirinya. Nah, pada banyak orang, masalah ini rupanya tidak terselesaikan dan akibatnya, sepanjang hidup ia berjuang untuk mengendalikan lingkungan atau orang-orang terdekat supaya selalu memperhatikannya.
Orang demikian berusaha membuat dirinya diterima dan dimiliki oleh orang lain – meski harus “mengorbankan” diri. Orang ini begitu cemas dan takut jika kehilangan orang yang selama ini memilikinya; karena perasaan “dimiliki” ini identik dengan harga dirinya– dan sebaliknya ia akan kehilangan harga diri jika kehilangan pemilik.
Implikasi Kecanduan Cinta
Akibat kecanduan cinta bisa dirasakan secara langsung oleh yang bersangkutan, karena orang itu tidak dapat menikmati hubungan yang terjalin karena pikiran dan perasaannya selalu diliputi ketakutan. Dan tidak jarang ketakutan tersebut makin tidak rasional dan melahirkan tindakan yang tidak rasional pula, misalnya tidak memperbolehkan pasangannya pergi kerja karena takut direbut orang.
Akibat jangka menengah dan jangka panjang adalah individu yang bersangkutan akan berada dalam kondisi emosi yang labil dan menjadi terlalu sensitif. Individu tersebut mudah curiga pada teman, sahabat, kegiatan, pekerjaan, bahkan keluarga pasangannya. Selain itu ia menjadi mudah marah, cepat tersinggung dan bagi sebagian orang bahkan ada yang bertindak agresif dan kasar demi mengendalikan keinginan dan kehidupan pasangannya. Pasangannya tidak diijinkan untuk punya agenda tersendiri; pokoknya harus mengikuti keinginannya dan 100% memperhatikannya.
Individu tersebut juga mudah merasa lemah, lelah dan lemas. Pasalnya, seluruh energinya sudah dipergunakan untuk mengantisipasi ketakutan yang tidak beralasan dan melakukan tindakan untuk menjaga pertahanannya. Nah, kehidupan demikian membuat dirinya menjadi manusia tidak produktif. Sehari-hari yang dipikirkan dan diusahkan hanyalah bagaimana supaya “miliknya terjaga”.
Banyak orang yang tidak sadar kalau dirinya terlibat dalam pola hubungan yang addictive sampai akhirnya ia merasa stress, tertekan namun tidak berani, takut, dan tidak berdaya untuk memutuskan hubungan yang sudah berjalan beberapa waktu. Bagi sebagian orang yang cukup sadar dan mempunyai kekuatan pribadi, ia akan berani mengambil sikap tegas dalam menentukan arahnya sendiri. Namun, banyak pula orang yang “memilih” untuk tetap dalam lingkaran demand-supply tersebut karena ternyata dirinya sendiri juga mengalami masalah dan kebutuhan yang sama. Jika demikian halnya, maka hubungan yang ada bukannya mengembangkan dan mendewasakan kedua belah pihak, namun malah semakin memperkuat ketergantungan cinta keduanya. Situasi inilah yang sering dikaburkan dengan hubungan yang romantis dan cinta buta.
Penanggulangan
Menurut para ahli psikologi dan kesehatan mental, salah satu syarat utama untuk dapat menjalin hubungan yang sehat dan sekaligus menjalani kehidupan yang produktif adalah mempunyai kesehatan mental yang sehat dan identitas diri yang solid. Kondisi emosi dan mental, seperti gembira, sedih, takut, dan lain pada suatu waktu akan mempengaruhi persepsi, kognisi, motivasi, pengambilan keputusan, dan ketertarikan interpersona. Kondisi positif demikian akan menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat sehingga orang tersebut tidak membutuhkan dukungan dan pengakuan orang lain untuk memperkuat sense of self-nya.
Jadi, untuk mengembalikan seseorang pada bentuk hubungan yang sehat, langkah awal yang diperlukan adalah memperkuat pribadinya terlebih dahulu. Dengan meningkatkan sumber kekuatan psikologis secara internal, akan mengurangi ketergantungannya pada kekuatan eksternal. Orang itu harus merasa aman dan percaya dengan dirinya sendiri untuk bisa merasa aman dalam setiap jalinan hubungan dengan orang lain. Ada kalanya, orang-orang demikian membutuhkan bantuan para profesional untuk membimbing dan mengarahkan mereka membangun pribadi yang positif.
Pada akhirnya, tipe pacar posesif maupunm sindrom kecanduan cinta akan berakibat fatal terhadap keberlangsungan hubungan seseorang, sehingga menghambat jalinan asmara yang dibangun. Oleh karena, sebagai generasi muda kita harus membangun komitmen untuk menyatukan visi dan misi dalam bercinta sekaligus membuat hubungan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar